Tuesday, May 26, 2009

Sekolah Alternatif: Suasana Beda, Metode Belajarnya Pun Juga Beda!

PERNAH mendengar tentang sekolah alternatif? Pasti ada beberapa di antara kamu yang udah tau apa yang dimaksud dengan sekolah alternatif itu. Secara sederhana, definisi sekolah alternatif adalah sekolah yang bentuk dan metode belajarnya berbeda dari sekolah formal yang kita ketahui selama ini. Di Indonesia sendiri, sekolah-sekolah alternatif sudah cukup menjamur di beberapa kota, seperti Jakarta, Bandung, Garut, dan lain sebagainya.

Beberapa orang berpendapat kalau sekolah alternatif adalah sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap sistem yang diterapkan oleh pemerintah melalui sekolah formal. Sekolah formal dikatakan terlalu mengekang kebebasan anak serta kurang mengedepankan kepentingan anak.

Pendidikan alternatif di Indonesia saat ini sudah menjadi pilihan untuk para orang tua, terutama orang tua-orang tua yang memiliki pandangan progresiv dalam pendidikan. Karena dalam pendidikan alternatif ini ada hal-hal lain yang menjadi nilai lebih dalam sekolah-sekolah alternatif yang diberikan. Contohnya seperti keterampilan khusus yang diajarkan, nilai lebih dalam hal suasana, kepribadian dan kepemimpinan anak yang lebih baik, dan lain sebagainya,” ujar Pak Eko, Ketua Yayasan Sekolah Alam Bandung.

Nah, karena permasalahan inilah, mulai berkembang berbagai gagasan dari para pendidik bagaimana menciptakan sekolah yang menyenangkan sekaligus mencerdaskan anak. Lalu muncullah berbagai sekolah alternatif. Misalnya, sekolah alam, yang mengajak siswanya belajar lebih banyak di alam. Sekolah alam lebih mendekatkan siswa kepada alam, karena proses belajarnya lebih banyak dilakukan di alam bebas. Sekolah alam sendiri juga sudah tersedia di kawasan Bandung. Contohnya, Sekolah Alam Bandung yang beralamat di Jl. Cikalapa II No. 4, Dago Pojok. “Kelebihan sekolah alam adalah pada lingkungan yang menjadi tempat yang nyaman untuk belajar, dan aktivitas yang dilakukan di alam,” ujar Pak Eko.

Di sekolah alam ini, siswanya enggak terlalu banyak belajar dalam ruangan yang serba kaku dan tertutup, tapi lebih banyak berada di alam bebas. Di sekolah alam ini siswa bisa menempatkan alam sebagai tempat belajar, seperti di sawah, sungai, dan lain sebagainya. “Jadi belajar itu bukan hanya di ‘tempurung-tempurung’ kelas yang membuat orang tidak peduli lagi pada lingkungan,” tambah Pak Eko.

Ada beragam alasan mengapa mereka lebih memilih sekolah alam sebagai tempat pendidikannya. Menurut pendapat Pak Eko, mereka yang lebih memilih sekolah alam adalah mereka yang ingin memberikan kebahagiaan ketika sekolah karena di sekolah alam ini kegiatan belajar dilakukan sambil bermain, dan bermain sambil belajar.

Tapi ada juga loh alasan lainnya, seperti dikemukakan Ibu Dede, salah satu orang tua murid yang baru mau mendaftarkan anaknya saat itu. “Anak saya termasuk anak berkebutuhan khusus, dan di sekolah alam ini kan sekelas siswanya sedikit, jadi saya harap anak saya lebih bisa mengikuti pelajaran yang ada di sekolah ini. Selain itu anak saya kan memang butuh terapi alam menurut psikolognya, jadi saya pikir sekolah alam ini memang pas untuk anak saya,” ujar Ibu Dede.

Ada juga pendapat lain dari Ibu Siti Nurdiani. Ibu ini menyekolahkan kedua anaknya langsung ke sekolah ini. “Anak saya yang pertama kan memang tidak bisa diam ya. Jadi mungkin karena di playgroupnya terlalu dikekang juga. Dan kebetulan temen saya menyarankan untuk menyekolahkan Fadllan di sekolah alam ini dan sudah akhirnya saya tidak punya pilihan lain, jadinya dimasukkan ke sekolah ini saja.,” ujar Ibu Siti. Hasilnya? Menurut Ibu Siti, Fadllan, anak pertamanya, kini lebih mandiri ketika di rumah.

Sesuai dengan namanya, sekolah alam memang mengunggulkan alam sebagai daya tariknya. Namun selain suasana alam yang nyaman dijadikan sebagai tempat belajar, ternyata ada alasan lain loh mengapa sekolah ini dijadikan sebagai sekolah pilihan. Kedekatan dengan guru dan teman-teman juga menjadi alasan yang paling banyak dikemukakan para murid yang ada di sekolah ini. Salah satunya Nadhilah kelas 2 SL. “Kalo di sini tuh guru-gurunya deket sama muridnya dan mementingkan muridnya supaya muridnya ngerti mau gimana caranya pun. Selain itu guru-gurunya juga suka buat games, supaya murid-muridnya enggak bosen,” ujar cewek yang akrab dipanggil dhila ini.

Selain sekolah alam, ada lagi contoh sekolah alternatif lain, yaitu homeschooling. Pendidikan alternatif berbasis rumah ini nampak sedang menjadi tren buat beberapa kalangan. Kalau mungkin dari tayangan program gosip di televisi kamu nyangkanya homeschooling lebih banyak digandrungi kalangan artis, eits kamu salah. Biasanya para artis yang homeschooling akan memberikan alasan yang sama kenapa mereka lebih memilih homeschooling, yaitu supaya job mereka di dunia keartisan juga bisa tetap dijalankan tanpa banyak terganggu jadwal sekolah layaknya sekolah formal. Emang bener sih, tapi toh nyatanya yang sekolah di Homeschooling Kas Seto (HSKS) enggak hanya mereka yang berada di dunia entertain loh.

Ada beragam alasan mereka lebih memilih homeschooling, seperti yang dikemukakan Mas Adi dari HSKS berikut ini. “Mayoritas sih karena kondisi fisik, ada yang sakit dan ada yang sedikit cacat. Untuk alasan kondisi mental, ada yang karena anaknya hiperaktif, anak yang konsentrasinya lebih cepat buyar, dan anak berkebutuhan khusus,” ujar Mas Adi. Tapi Mas Adi membenarkan kalau siswa SMP dan SMA yang bersekolah di sini mayoritas karena berada di dunia entertain.

Salah satu siswa HSKS yang menjamah dunia entertain adalah Satrio. Siswa kelas 1 SMA ini mengaku lebih memilih homeschooling karena memiliki kegiatan modelling di luar sekolah. Dengan bersekolah di homeschooling ini, Satrio mengaku lebih mudah mencocokkan jadwal kegiatannya. “Saya ngerasanya lebih cocok aja di sini. Lagipula di sini enggak ada senioritasnya dan antara tutor dan murid udah ngerasa deket jadi belajarnya santai dan materinya lebih cepet masuknya,” ujar cowok bernama lengkap Satrio Sugiharto.

Ternyata alasan siswa masuki homeschooling tidak hanya itu loh. Masih ada lagi, seperti yang dikemukakan Pak Kusmana selaku Kepala Sekolah HSKS berikut ini. “Selain karena alasan menjadi entertain, ada juga karena adanya bullying, naik itu kekerasan verbal maupun nonverbal yang membuat siswa tertekan. Kemudian ada juga karena siswanya sensitif dengan bentakan dari guru yang kurang memahami kecerdasan emosional masing-masing siswanya yang berbeda-beda. Sehingga untuk terhindar dari itu, mereka memilih homeschooling,” ujar Pak Kusmana.

Perlu kamu tahu, ternyata jadwal untuk kegiatan belajar di HSKS-nya hanya Senin dan Rabu. Kok cuma dua hari? Yap, emang cuma dua hari siswa HSKS datang ke sekolahnya ini, selebihnya kegiatan belajar langsung dilakukan di rumahnya masing-masing. Namanya juga homeschooling—sekolah rumah. Nah, ada satu hal yang paling penting dalam homeschooling ini, yaitu peranan orang tua tentunya. Orang tua yang mau memasukkan anaknya ke homeschooling ini emang harus komit dari awal akan benar-benar membimbing anaknya ketika belajar di rumah.

Tapi kenyataan membimbing homeschooler (sebutan anak yang homeschooling) setiap hari tidak semudah itu. Tengok saja Ibu Yani. Ibu dari Aditya yang sekarang kelas 3 IPA di HSKS ini mengaku belum bisa sepenuhnya menjalankan peran orang tua di kegiatan homeschooling ini karena memang Ibu Yani juga disibukkan dengan kegiatan lain yang mengharuskannya sering keluar kota. Hasilnya, Adityanyalah sendiri yang dituntut untuk lebih mandiri dalam kegiatan homeschooling-nya ini.

Memang sih, semua sekolah ada kelebihan kekurangannya. Dengan homeschooling dan sekolah alam, anak-anak autis, hiper aktif yang tidak diterima di sekolah formal bisa tertampung dan dirsalurkan bakatnya di situ. Tapi perlu kita pahami bahwa sebuah sekolah dalam pembangunanya juga melihat dulu apa yang dibutuhkan konsumen. Nah, yang paling penting lagi, sekolah itu tahu apa yang menjadi acuannya. Hmmh, apapun itu kekurangan dan kelebihan wajah dunia pendidikan kita saat ini, mari deh kita sama-sama membangun dunia pendidikan ini ke arah yang lebih baik. Biar kita bangga dengan pendidikan kita!


*Ditulis sebagai bahan liputan utama Suplemen Belia Harian Pikiran Rakyat Mei 2009

Wednesday, May 6, 2009

karna (memang) tidak semua orang merasakannya

saya memang iri ketika mereka bisa ke gereja bersama..
ketika prosesi salam damai, mereka saling bersalaman dan mengecup pipi satu sama lain..

saya memang iri ketika mereka bisa sholat bersama..
yang lelaki memimpin menjadi imam, dan yang perempuan mengikuti di belakangnya..

saya memang iri ketika mereka berjalan bersama keluarga..
saling mengajak.. tertawa bersama orang tua dan saudara satu sama lain..

dan saya memang iri ketika mereka bebas bercerita kepada ibunya tentang pasangannya..
jalan ke pusat perbelanjaan mana.. beli apa.. menonton apa.. makan di mana..

hey,
tapi buat apa saya berlama-lama iri?
toh setiap hal diciptakan dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing..
mungkin apa yang saya tulis di atas menjadi kekurangan dalam hubungan saya,
tapi toh saya memiliki apa yang mungkin tidak dirasakan hubungan lain..

sikap saling menghargai..
peduli..
peduli akan perbedaan yang memang sedang dinikmati..

dan sampai saat ini,
saya jelas menikmati proses ini..
karna apapun yang sedang saya jalani,
saya yakini sebagai suatu hadiah istimewa dari sang pencipta..
karna tidak semua orang merasakannya,
hanya mereka yang terpilih yang diistimewakan untuk merasakannya


pesan seorang teman kepada saya:
gwe harap kalian pisah bukan karna perbedaan kalian, tapi karna memang benar-benar tidak cocok

ya..
saya harap itu yang terjadi..
dan hadiah istimewa ini akan terus saya syukuri..
karna tidak semua orang merasakannya,
hanya mereka yang terpilih yang diistimewakan untuk merasakannya


*kepada norman nurul haq noordin, sebuah hadiah kecil merayakan delapan bulan hubungan istimewa ini.. sebuah ucapan syukur karna ternyata kita termasuk yang diistimewakan..*